Tuesday, November 12, 2019

Sabtu Bersama Keluarga dalam Kenyamanan Transportasi Umum Di jalanan Kota Kembang

Terminal Leuwipanjang Kota Bandung. Foto : Irma Tri Handayani

Pada suatu Sabtu,anak tengah saya Miyu ingin ikut ke tempat kerja bersama saya. Tadinya saya menolak,tapi setelah dipikir ulang tak mengapalah sekalian jalan-jalan saja. Rencana hanya mengajak Miyu,eh kakaknya Langit ingin ikut juga,ya sudahlah sekalian saja dua-duanya di bawa yang ditinggal adiknya saja karena masih kecil.

Kebetulan yang saya pergi kerja bareng dengan suami saya. Kebetulan arahnya juga sama menuju Bandung. Jadi acaranya sekilas nyaris seperti berjalan-jalan sekeluarga.

Sebenarnya suami saya tak begitu setuju dengan rencana saya. Menurut dia repotlah bawa anak bekerja. Kerepotannya itu terletak di perjalanan.

Rumah kami terletak di daerah Rancaekek Kabupaten Bandung. Jarak ke Bandung itu sekitar 20km-an. Kami tak memiliki kendaraan roda 4. Motor sih ada. Tapi masa mau satu motor berempat. Mungkin lebih ekonomis tapi kenyamanan tak ada. Sudahlah pegal,harus menahan angin dan panas matahari pula. Belum lagi kalau hujan. Bukannya romantis seperti film India,yang ada miris dilihat orang.

Hingga detik kami akan naik angkutan umum,muka suami masih murung. Setelah duduk manis dalam angkot barulah kemurungannya memudar,terutama melihat anak-anak begitu ceria

Ayah dan Anak di Angkot. Foto: Irma Tri Handayani

Kami turun di dekat gerbang tol Cileunyi . Setelah itu kami akan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bis kota yang biasa sebuy Tayo oleh Miyu.

Sekarang kalau menunggu bis yang dulu disebut DAMRI tak lama. Paling rentang 15 menitanlah,Bis sudah datang. Begitu bis datang kamipun segera menaikinya.

Tak susah untuk mencari tempat duduk karena bis tak terlalu penuh. Karena kami tak ingin terpisah jadilah kami memilih barisan di belakang.

Naik bis sekarang benar-benar nyaman. Ada AC yang membuat udara segar sehingga tak kepanasan. Sebentar saja dalam bis mereka sudah asyik bercanda bersama ayahnya. Emaknya enggak bisa nyempil diantara mereka karena "over size"

Nyamannya di dalam Bis. Foto: Irma Tri Handayani


Karena memang judulnya jalan-jalan,maka kami menikmati betul sepanjang perjalanan. Di balik kaca bis kamis bisa melihat stadiun sepak bola gelora Bandung Lautan api . Ada jalan rel kereta api juga yang terlihat dari jalan tol.

Pagi itu jalanan bersahabat,kami tak terjebak kemacetan yang berarti kecuali hanya pemberhentian lampu merah.

Bagi kami ini bukan yang pertama tentunya setiap kali berjalan-jalan ke Bandung kami memang memilih transportasi umum. Bis merupakan andalan kami.

Meskipun repot bawa bayi namun begitu sudah duduk manis rasanya kerepotan tak berarti. Bayi tidak rewel selama perjalanan menandakan dia nyaman. Andaikata bayi menangis berulang-ulang mungkin saya takkan memilih naik bis.
Miyu kecil bahkan tak perlu menunggu lama untuk tidur. Begitu duduk di kursi bis langsung deh dia bobo cantik.

 Selain bis kami juga biasa memilih kereta api. Transportasi yang satu itu juga nyaman untuk mengantarkan kami. Anak-anak Selalu suka menggunakan kereta api. Selain bentuknya yang panjang,suaranya yang lantang juga seru menurut mereka.

Kenyamanan transportasi umum diperhatikan betul oleh dinas perhubungan. Kendaraan pribadi yang semakin merajalela menyebabkan kemacetan tak terkendali. Penyediaan transpotrasi umum yang nyaman tak lain dan tak bukan untuk mengurangi kemacetan.

Suatu kali saya naik bis yang benar-benar kosong. Hanya ada supir dan kondektur. Sementara saya duduk ongkang-ongkang kaki di luasnya bis,di luar orang-orang berkutat dengan kemacetan. Duh,mengapa mereka tak mau beralih juga dan menyiksa diri di jalan?


Bukan cuma Janganlah mempertahankan keegoisan kita. Perlu diingat juga kecelakaan terbesar itu adalah pengendara motor. Rasanya seperti menghantarkan anak-anak pada kecelakaan jika kita memaksakan diri membonceng apalagi keroyokan. Apalagi kadang emak dan bapaknya berhelm sehingga aman sementara anaknya tidak. Itu keegoisan tingkat tinggi lagi. Seperti mencari selamat buat orang tuanya saja,tapi anaknya wassalam. terjebak dalam kemacetan saja yang perlu diperhatikan jika hanya sekedar jumlah uang yang dikeluarkan mungkin lebih murah naik kendaraan bermotor . Tapi tidakkah kita kasihan melihat anak-anak yang dipaksa duduk berjam-jam di jalan. Pegal,sakit ,dan panas mungkin mereka rasakan tapi belum tentu bisa mereka katakan.
Kemacetan membuat tak nyaman. Foto : Irma Tri Handayani

Janganlah mempertahankan keegoisan kita. Perlu diingat juga kecelakaan terbesar itu adalah pengendara motor. Rasanya seperti menghantarkan anak-anak pada kecelakaan jika kita memaksakan diri membonceng apalagi keroyokan. Apalagi kadang emak dan bapaknya berhelm sehingga aman sementara anaknya tidak. Itu keegoisan tingkat tinggi lagi. Seperti mencari selamat buat orang tuanya saja,tapi anaknya wassalam.

Mari kita rubah mindset kita dalam bertransportasi. Toh kini sebegitu nyamanya transportasi kita.Kurangilah kendaraan pribadi karena dishub sudah berusaha memberikan kenyamanan bagi pengguna jalan. Masalah belum sempurna semua itu kan proses.

Jadi,ketika kita berpergian selain kenyamanan yang kita butuhkan ,keselamatan juga harus kita usahakan . Semua sudah saya rasakan dari mulai naik bisa yang semerawut hingga kini begitu teratur.

Semoga DISHUB semakin menyempurnakan lagi pekerjaan rumahnya. Dua jempol buat kerja DISHUB  dalam merapihkan kenyamanan dan keselamatan transportasi